top of page

STORIES : Tentang Nenek.

Aku mengingat wajah nenekku di sore itu. Raut kehilangan dan kesepian yang tak pernah terkatakan, tetapi begitu jelas terpampang.

Seandainya aku berani menatap lebih lama, aku tak yakin mampu menanggung kepedihannya.

Begitu banyak kehilangan yang ia saksikan, dan entah berapa kali ia diucapkan selamat tinggal oleh orang yang telah menyambut maut.

Rumah yang dahulu begitu ramai dengan celoteh yang tak berkesudahan, kini tiada bunyi selain dari detak jantungnya yang meniupkan tanda-tanda kehidupan di dalamnya.

Tanpa sengaja, terkadang aku melihat ia sedang menangis dalam diamnya. Dia hanya akan duduk dan menatap jalanan di depan rumah. Tubuhnya berada di atas kursi tua yang selalu ia duduki. Namun, hati dan pikirannya sedang berkelana ke masa-masa di mana hidupnya begitu "hidup".

Terkadang dia akan tersenyum dan menatapku, lalu berkata,

"Dulu kakekmu saat pulang kerja, pasti tidak pernah dengan tangan kosong. Dia sering membelikanmu susu. Kau adalah cucu kesayangannya, karena ayahmu saat itu sedang tak di sini."

Aku yang tak mampu berkata apa pun, hanya mengangguk dan ikut menatap jalan di depan sana.

Dia kemudian akan melanjutkan obrolannya.

"Dulu saat ibumu masih hidup, dia dan tante-tantemu sangat sering berkumpul di ruangan ini."

Nenekku lalu menunjuk ruangan di mana kami berada saat itu. Yang keluar dari bibirnya hanyalah dulu, dulu, dan dulu, seolah dia hidup di masa kini hanya dari kenangan di masa lalunya.

Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri ... apakah setiap orang akan seperti itu?

bottom of page